03.18

Inovasi dan Teknologi Untuk Tingkatkan Budidaya Perikanan di Indonesia

Sebagai negara maritim yang dikenal memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, pemerintah terus berupaya memaksimalkan segala potensi yang ada di wilayah airnya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Upaya yang dilakukan adalah dengan fokus mengembangkan potensi sumber daya laut yang sudah ada sejak lama, termasuk potensi perikanan dan rumput laut.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) membuat beragam inovasi untuk teknik budidaya perikanan sesuai kondisi terkini.


Pembudidayaan ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Singkarak, Nagari Saniang Baka, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Foto: Riko Coubut
Kepala Balitbang KP Achmad Poernomo menyebut pengembangan yang dilakukan itu adalah untuk akuakultur. Pengembangan tersebut dilakukan untuk memberi kemudahan pelaku sektor budidaya perikanan.
“Dengan akuakultur, kita bisa mengembangkan budidaya perikanan dengan lebih baik, efisien dan berbiaya rendah. Itu akan sangat membantu para pelaku usaha di sektor tersebut,” ujar Achmad kepada Mongabay, Jumat (12/06/2015).
Yang dimaksud akuakultur, menurut Achmad, adalah kegiatan pemberdayaan ikan dari mulai pengadaan atau perekayasaan strim unggul sampai benihnya. Kemudian juga ke tahap teknologi pembudidayaannya, yang di dalamnya mencakup teknologi pakan, teknologi mengatasi penyakit juga.
“Selain itu juga ada akuakultur engineering, ini adalah perekayasaan kolam, wadah-wadah untuk budidaya. Teknologi yang dikembangkan tersebut bisa digunakan untuk budidaya perikanan yang dilakukan di air laut, air payau, maupun air tawar,” jelasnya.
Semua itu untuk tujuan meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas produksi perikanan budidaya, sehingga lebih meningkatkan nilai ekonomi.
“Kita sebagai negara maritim harus bisa mengembangkan produk kelautan sebaik mungkin. Karena kita harus bisa membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia memang layak disebut sebagai negara maritim,” tandasnya.
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur
Dalam mengembangkan inovasi teknologi akuakultur, Balitbang KP KKP mendapat anggaran sebesar Rp770 miliar, yang digunakan antara lain untuk perberdayaaan para peneliti budidaya perikanan.
Cara tersebut dinilai tepat dilakukan, karena menurut Achmad, budaya dan kedisiplinan masyarakat Indonesia hingga saat ini masih belum semaju di negara lain. Sehingga, jika ada masalah atau ada potensi yang tergali, kemudian tidak ditindaklanjuti karena keterbatasan kemampuan.
“Sepanjang tahun penelitian dilakukan untuk memecahkan setiap persoalan dan mengembangkan setiap potensi yang ada. Setelah setahun itu, para peneliti akan berbagi hasil penelitian mereka dalam sebuah forum khusus,” tuturnya.
Forum khusus yang dimaksud tersebut, adalah Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (FITA) yang tahun ini diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, Balitbang KP mengungkap sekitar 75 hasil penelitian yang sudah dilakukan.
“Forum ini mempertemukan para peneliti dengan para pelaku usaha di sektor budidaya perikanan. Kita tawarkan teknologi yang sudah diuji untuk digunakan oleh mereka. Jadi ini sangat baik untuk meningkatkan produksi,” ungkap dia.
Rekayasa genetik Akuakultur
Sebagai bagian dari inovasi teknologi akuakultur, Balitbang KP melakukan rekayasa genetik untuk sejumlah produk perikanan seperti ikan dan rumput laut, dengan hasil seperti ikan nila pasopasti, nila srikandi, lele mutiara dan rumput laut.
“Tentu saja namanya juga inovasi, setiap penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi, dan juga perbaikan kualitas produk,” tandasnya.

 Petani sedang memilih rumput laut. Foto: Anton Muhajir
Sementara menurut Thomas Darmawan, Ketua Komite Tetap Industri Pengolahan Makanan dan Minuman Kamar Dagang dan Industri (KADIN), rekayasa genetik untuk produk perikanan memang perlu dilakukan oleh Indonesia di masa sekarang. Pasalnya, melalui cara tersebut produk perikanan Indonesia bisa meningkatkan daya saing di dunia internasional.
“Ingat, ekspor perikanan kita itu tidak melulu seafood, tapi juga ada hasil budidayanya. Nah, budidaya ini yang harus ditingkatkan. Karena kita juga harus melihat negara lain yang budidayanya sudah maju, seperti Taiwan,” jelasnya.
Thomas menilai apa yang dilakukan KKP saat ini dengan meneliti dan mengembangkan produk perikanan patut diapresiasi. Karena, kalau itu diilakukan oleh swasta maka biayanya akan sangat mahal. Sehingga, para pelaku usaha akan kesulitan untuk mendapatkan hasil penelitiannya.
“Contohnya saja nila, di Taiwan sudah maju. Tapi saya dengar juga di Indonesia sudah dilakukan penelitian nila oleh KKP. Nah itu sangat baik untuk daya saing kita di pasar internasional,” ungkap Thomas menyebut nila pasopasti dan nila srikandi yang sudah dikembangkan KKP.
Namun demikian, Thomas berpendapat, KKP juga harus tetap terbuka untuk menerima ilmu dari siapapun dan dari negara manapun terkait pengembangan budidaya perikanan. Karena, hanya dengan cara demikian inovasi teknologi akukultur bisa terus diperbaiki.

Sumber : M. Ambari, 14 Juni 2015. Jakarta

Oleh :
Romario Iglesias
15/383568/PN/14399
Golongan A1
Kelompok 1


You Might Also Like

1 komentar

  1. Nama : Wahyu Fika A.P
    NIM : 15/383412/PN/14243
    Kelompok : 6

    Faktor-faktor yang menentukan nilai artikel tersebut sebagai berikut :
    1. Sumber teknologi/ide : Akuakultur dengan melalui akuakultur engineering dan rekayasa genetik akuakultur.
    2. Sasaran : pelaku sektor budidaya perikanan.
    3. Manfaat : untuk solusi dalam mengembangkan budidaya perikanan (kualitas maupun kapasitas) secara efisien dengan biaya rendah.
    4. Nilai pendidikan : memberikan informasi mengenai teknik dan manfaat dari teknologi akuakultur.
    Nilai berita :
    1. Proximity
    artikel ini bersifat dekat dengan pelaku sektor budidaya perikanan termasuk didalamnya peternak ikan.
    2. Importance
    artikel tersebut mengandung informasi penting bagi peternak ikan atau pelaku sektor budidaya perikanan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi sehingga mampu bersaing di pasar internasional.
    3. Prominence
    informasi disampaikan oleh Kepala Balitbang KP, Achmad Poernomo.
    4. Consequence
    akuakultur mampu memberi rangsangan dan solusi kepada perternak ikan/ pelaku budidaya perikanan dalam mengembangkan potensi perikanan di Indonesia.
    5. Development
    Pengembangan sistem akuakultur ini dapat dilakukan di air laut, air payau, dan air tawar sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomi.
    6. Policy
    teknologi akuakultur ini selaras dengan kebijakan pemerintah dalam hal pengembangan potensi sumber daya laut dan mendapatkan anggaran sebesar 770 milyar rupiah.

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Subscribe